Jumat, 16 Maret 2012

Waspada Cuaca Ekstrim sampai 18 Maret 2012



 
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan cuaca ekstrim di wilayah Indonesia yang berlangsung 15-18 Maret 2012. Cuaca ekstrim disebabkan terbentuknay badai tropis di perairan Samudera Hindia.

"Adanya siklon tropis Lua di Samudera Hindia sebelah Barat Australia Barat dan daerah tekanan rendah di selatan Laut Timor," demikian pernyataa yang dirilis BMKG di situs webnya.
Dampak dari badai tropis Lua tersebut berupa potensi hujan lebat di sejumlah daerah. Awan hujan berpotensi terjadi Jawa bagian Utara dan Timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian Barat dan Tengah, Sulawesi bagian Utara dan Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.

Di wilayah tertentu potensi hujan lebat juga disertai kilat atau petir dan angin kencang atau puting beliung. Yakni di Jabodetabek, Banten bagian Selatan, Jawa Barat bagian Selatan, Jawa Timur bagian Utara dan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah bagian Timur, dan Sulawesi Selatan bagian Selatan.

Menjauhi Indonesia

Menurut buletin terakhir yang dirilis BMKG, posisi badai tropis Lua pada Kamis (15/3/2012) pukul 19.00 WIB berada di 15.3 Lintang Selatan dan 113.6 Bujur Timur atau sekitar 750 km sebelah selatan barat daya Denpasar. Badai bergerak ke selatan dengan kecepatan 3 knots atau sekira 6 km/jam menjauhi wilayah Indonesia.
Meskipun demikian, dampak badai masih akan menimbulkan hujan dengan intenstitas sedang-lebat dapat terjadi di Jawa Timur bagian Timur, Bali, NTB, NTT bagian Selatan. Hujan dengan intensitas ringan-sedang dapat terjadi di Lampung bagian Selatan dan Barat, Jabodetabek, Banten bagian Selatan, dan Jawa Barat bagian Selatan.
Selain itu, ada potensi angin kencang dengan kecepatan lebih dari 36 km/jam di Jawa Tengah bagian Utara, Jawa Timur bagian Timur, Bali, NTB, NTT bagian Barat dan Selatan.
Begitu juga dengan ketinggian gelombang laut yang bisa mencapai 3-4 meter di Perairan Enggano hingga barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Laut Sawu bagian utara, Laut Jawa bagian tengah, Selat Makassar bagian Selatan, Laut Flores bagian barat, Laut Arafuru bagian barat, dan Laut Sulawesi bagian timur. Gelombang dengan ketinggian 4-5 meter dapat terjadi di Perairan selatan Jawa hingga NTT, Laut Sawu bagian selatan, Laut Timor, Laut Jawa bagian timur, Laut Bali, hingga Laut Sumbawa. 

Sumber :
BMKG

Tikus Cerdas Membuat Keputusan



 
 AFP Tikus hasil rekayasa genetika yang bisa berkicau.

 Tikus terbukti merupakan salah satu jenis hewan yang cerdas dalam membuat keputusan. Inilah hasil studi yang diterbitkan di Journal of Neuroscience, Rabu (14/3/2012).
Anne Churchland dari Cold Spring Harbor Laboratory adalah peneliti di balik penemuan tersebut. Dalam penelitian, Churchland merangsang tikus dengan beragam stimulus suara dan visual sehingga tikus bisa mengolah informasi, mengenali pola komunikasi, hingga akhirnya menafsirkan.
Kurva hasil analisis statistik dari respon yang diperlihatkan tikus diketahui bahwa kemampuannya mengambil keputusan secerdas manusia. "Ini adalah bukti pertama pada hewan pengerat," ungkap Churchland seperti dikutip AFP, Rabu (14/3/2012).
Penelitian ini ke depan bisa berguna dalam studi tentang autisme dan dapat membantu penderita autisme dalam mengatasi masalahnya. Orang dengan autisme sering sulit membedakan mana yang harus diperhatikan dan mana yang tidak.
"Kita bisa memakai model tikus kita untuk melihat sebabnya sehingga bisa memahami bagaimana otak menggabungkan informasi dari berbagai sensor dan dengan posisi lebih baik sehingga bisa membantu mengembangkan pengobatan pada orang dengan penyakit tersebut," ungkap Churchland


Sumber :
AFP

LAPAN: Penyatuan Zona Waktu Abaikan Jam Matahari

Rencana pemerintah untuk menyatukan zona waktu Indonesia, ternyata telah mengacuhkan jam matahari. Hal ini dikatakan peneliti senior Lembaga Antariksa Penerbangan Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin.

LAPAN: Penyatuan Zona Waktu Abaikan Jam Matahari
"Penyatuan zona waktu memang mengabaikan jam matahari. Hal ini berlaku untuk wilayah barat dan timur. Kebiasaan masyarakat juga harus berubah. Padahal kebiasaan berdasarkan jam matahari," papar Thomas di Jakarta, Jumat (16/3).

Menurut Thomas, hal ini akan berdampak pada pola kebiasaan masyarakat, yang akan berefek pada sisi psikologi. Menurutnya, warga di wilayah Indonesia barat akan dipaksa untuk bersiap lebih pagi dari sebelumnya. Sementara, masyarakat di Indonesia timur memperoleh waktu tambahan satu jam untuk menunda jam kerjanya.

Jam matahari sangat terkait dengan siklus biologis untuk istirahat dan makan. Jam matahari juga dijadikan rujukan waktu shalat. Thomas memperkirakan, apabila penyatuan dilakukan orang mengambil waktu rehat tambahan sebelum waktu rehat standar untuk makan siang untuk di Indonesia timur, atau untuk Shalat Zhuhur untuk di Indonesia barat.

Untuk itu, penyatuan zona waktu menurut Thomas bukan sesuatu yang penting. "Kalau memang tujuannya menyamakan waktu dengan negara kompetitor, lebih baik jam kerjanya yang diganti. Karena masih memperhatikan jam matahari yang sesuai kebiasaan biologis menusia," tukas Thomas.



sumber ::  REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA

Butiran Air





 







  









Butiran Air
Photo By HR Photograph / Onna Photograph

Flower
























Koleksi Bunga di Panti samidi
Loc : Panti samidi_Kota Tomohon
By HR Photograph / Onna Photograph