Kamis, 15 Maret 2012

Facebook Dapat Saingan dari Bandung

detail beritaMAKASSAR - Berawal dari iseng, Muhammad Yahya Harlan (15) berhasil menciptakan Salingsapa.com. Jejaring sosial ala Indonesia itu kini memiliki 570 ribu pengguna di seluruh dunia. Situs ciptaan Yahya ini berpotensi jadi ancaman serius untuk situs pertemanan terkenal seperti facebook.

"Sejak umur 3 tahun saya sudah dikenalkan pada komputer dan tahu dengan program seperti Microsoft Words atau main game paintball," tutur Yahya kepada okezone, Kamis (23/2/2012).

Siswa kelas 2 SMP Sekolah Alam Bandung itu menjalani kursus komputer pada 2008-2010 di Comlabs Institut Teknologi Bandung (ITB). Mulanya, dia mengikuti pelatihan web design berbasis Joomla di Masjid Salman ITB saat duduk di bangku kelas 5 SD.

Sampai akhirnya terbersitlah ide berlian di benak Yahya. Ketika itu dia asyik mengakses sebuah situs social-network buatan Indonesia.

Setelah diketahuinya program apa di balik situs itu, Yahya memberanikan diri membuat situs terprogram sendiri. Terciptalah dari tangannya, rezzibook. Kemudian nama situs itu berubah jadi salingsapa.com, hingga kini.

"Awalnya, salingsapa.com saya buat cuma dalam hitungan menit. Sampai sekarang fitur-fiturnya masih berkembang terus," ujar Yahya.

Situs ciptaannya memiliki fitur standar seperti yang ada di situs pertemanan, misalnya, update status, upload foto, maupun tulisan atau blog.

Namun berbeda dibandingkan situs pertemanan biasa, salingsapa.com juga diisi fitur bernuansa Islami seperti Al Qur'an digital, khasanah ceramah, dan video tausyiah. Situs ini juga membuka akses kerja sama dengan beberapa masjid, pesantren, dan universitas.

"Di situs ini juga akan dapat diakses video-streaming berupa ceramah agama secara langsung dari Masjid Al Markaz Al Islami Makassar. Kami sedang mengerjakan instalasinya," tuntas Yahya.
 

Zona Satu Waktu Lebih Menguntungkan Indonesia"


Ilustrasi. Corbis. Untuk mempermudah transaksi di pasar saham, idealnya dalam satu wilayah negara hanya menerapkan satu zona waktu. Karenanya, pemerintah berencana menyatukan zona waktu yang ada di Indonesia.

Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Atma Jaya A Prasetyantoko menilai penerapan tiga waktu berbeda di satu wilayah negara, seperti yang diterapkan di Indonesia, pada dasarnya tidak perlu.

"Kalau disatukan lebih positif," ujar Prasetyantoko usai pelantikan 15 pejabat di lingkungan BI, di Gedung BI, Jakarta, Senin (13/3/2012).

Penerapan zona waktu yang sama dengan negara lain, juga diyakini akan berdampak cukup signifikan. Menurutnya, akan lebih produktif jika Indonesia menerapkan zona waktu yang sama dengan negara dalam satu kawasan. "Terutama yang punya hubungan ekonomi cukup intens dengan kita," jelasnya.

Prasetyantoko mencontohkan, perdagangan di lantai bursa, di mana pembukaan perdagangan saham di Indonesia lebih terlambat satu jam dibanding Malaysia atau Singapura. Hal ini berpengaruh terutama jika terjadi syok di pasar saham kawasan.

Menurut dia, jika memang krisis terjadi, pasar saham dalam negeri hanya bisa mengikuti, menerima respons, dan solusi dari pasar saham yang sudah melakukan transaksi terlebih dahulu. "Perbedaan waktu dalam perdagangan bursa itu tidak produktif," tegasnya.

Diberitakan sebelumnya, penerapan zona satu waktu diyakini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 20 persen. Pembagian waktu (WIB, WIT, WITA) di Indonesia, disinyalir salah satu faktor penghambat peningkatan produktivitas berbagai sektor terutama ekonomi dan bisnis.

Kepala Divisi Humas dan Promosi Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) Edib Muslim menjelaskan, peningkatan tersebut karena pertambahan angkatan kerja dari 190 juta orang menjadi 240 orang yang akan melakukan pekerjaannya secara bersama-sama.

Dalam berbagai transaksi bisnis, Indonesia sering kalah bersaing. Misalnya jadwal terbang Garuda yang selalu satu jam lebih lambat dari maskapai lain. Hal serupa juga dirasakan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menurutnya kalah satu jam dengan bursa efek di Hong Kong dan Shanghai. (mrt)

ANALISIS SAHAM: Perubahan zona waktu berdampak positif bagi pasar


Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia mengumumkan rencana untuk menghilangkan perbedaan waktu di Indonesia yang saat ini terbagi menjadi tiga zona waktu : Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA) dan Waktu Indonesia Timur (WIT).
Komite tersebut juga mengemukakan rencana untuk memajukan waktu Indonesia dari GMT+7 (seperti Hanoi dan Bangkok) menjadi GMT+8 (seperti Beijing, Hong Kong, Kuala Lumpur, Singapura dan Perth).
Tidak lama berselang, Bursa Efek Indonesia mengumumkan rencana perubahan jam perdagangan efek dari mulai perdagangan pukul 09:30 WIB menjadi 09:00 WIB.
Beberapa kalangan menyambut baik rencana ini karena yang paling penting adalah menghilangkan perbedaan waktu antara kota– kota di Indonesia, terutama yang berbeda pulau. Hilangnya perbedaan ini akan menimbulkan efisiensi dalam banyak hal, termasuk di dalamnya efisiensi untuk transaksi efek.
Penyamaan ini juga akan mendorong peningkatan kegiatan ekonomi seperti di pelabuhan dan bandara.
Komite tersebut menyiratkan bahwa penyatuan zona waktu lokal serta majunya zona waktu internasional (menjadi GMT+8) dapat meng – offset penurunan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan turun karena kenaikan BBM dan TDL.

Perubahan Jam Perdagangan Efek
Menurut pandangan kami, rencana memajukan jam perdagangan efek oleh Bursa Efek Indonesia semakin menambah dampak positif dari penyatuan zona waktu tersebut. Selama ini, awal jam perdagangan efek di Indonesia berada di urutan sebelum Thailand dan termasuk yang paling lama dibanding negara–negara di Asia dan Asia Tenggara.

Bursa Saham Jam Buka (Waktu Lokal) GMT Jam Buka (versi GMT)
Tokyo Stock Exchange 09:00 +9 00:00
Korea Stock Exchange 09:00 +9 00:00
Bursa Malaysia 09:00 +8 01:00
Singapore Exchange 09:00 +8 01:00
Hongkong Stock Exchange 09:20 +8 01:20
Shanghai Stock Exchange 09:30 +8 01:30
Philippine Stock Exchange 09:30 +8 01:30
Stock Exchange of Thailand 10:00 +7 03:00
Indonesia Stock Exchange 09:30 +7 02:30

Dengan dimajukannya jam perdagangan efek menjadi jam 09:00 dan dimajukannya zona internasional Indonesia menjadi GMT+8, maka jam awal perdagangan efek di BEI akan sama dengan Bursa Malaysia dan Singapore Exchange. Hal ini kami perkirakan cukup signifikan bagi investor asing di wilayah Asia dimana banyak dari mereka yang bertransaksi pada lebih dari satu bursa.
Bagi investor domestik, penyatuan zona waktu, dimajukan zona internasional dan jam perdagangan pun membawa dampak yang signifikan karena investor lokal yang tinggal di Indonesia Timur seperti Maluku akan dapat menyesuaikan dengan kehidupan sehari – hari mereka (dalam kondisi saat ini, jam buka perdagangan efek pukul 09:30 WIB, bagi mereka di wilayah timur adalah pukul 11:30 WIT).


Banyak Orang Stres Jika RI Pakai 1 Zona Waktu





img  Gagasan untuk menyatukan zona waktu di Indonesia dengan memakai patokan Waktu Indonesia Tengah (WITA) sedang ramai diperbincangkan. Menurut pakar kesehatan tidur, perubahan zona waktu bakal membuat banyak orang stres khususnya di bagian barat Indonesia karena harus bangun lebih pagi.

Pemerintah berencana menyatukan satu zona waktu di Indonesia pada 17 Agustus 2012. Zona waktu yang dipakai adalah Waktu Indonesia Tengah (WITA), sama seperti Malaysia dan Singapura. Dengan begitu, penduduk di Indonesia barat (WIB) zona waktunya maju 1 jam dan penduduk di Indonesia timur zona waktunya mudur 1 jam.

"Pasti ada pengaruhnya, akan banyak yang mengantuk karena harus bangun lebih pagi dari biasanya," kata seorang pakar kesehatan tidur, Dr Rimawati Tedjasukmana kepada detikHealth usai jumpa pers "2012 World Sleep Day: Breath Easily Sleep Well" di RS Medistra, Kamis (15/3/2012).

Menurut Dr Rima, perubahan ritme tidur akan sangat dirasakan khususnya oleh anak sekolah. Misalnya jika saat ini anaknya harus berangkat dari rumah pukul 5.30 WIB karena sekolahnya mulai pukul 6.15 WIB, kalau disamakan dengan WITA maka anaknya harus berangkat jam 4.30 WIB.

Agar bisa bangun lebih pagi, otomatis anaknya juga harus mengubah ritme mengantuknya pada malam hari. Jika semula jam 21.00 WIB sudah mengantuk, dengan penyatuan zona waktu menjadi WITA maka anak-anak harus sudah mengantuk pukul 20.00 WIB atau tetap pukul 21.00 menurut WITA.

Ditambahkan oleh Dr Rima, masa paling berat adalah ketika orang harus beradaptasi dengan zona waktu yang baru. Kemampuan orang dalam beradaptasi berbeda-beda, sehingga tingkat stres dan mengantuknya juga akan berbeda meski ia meyakini akan banyak yang merasakan dampaknya.

Selain masalah kebiasaan serta siklus tidur dan bangun, faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam proses adaptasi dengan zona waktu yang baru adalah sinar matahari. Menurut Dr Rima, jam biologis manusia sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya sinar matahari.

"Pasti sulit kalau mau disamakan karena selisihnya bisa sampai 2 jam. Misalnya jam 6.00 itu sudah pagi menurut orang-orang di Indonesia timur. Coba kalau zona waktunya sama, jam segitu belum ada matahari di Jakarta karena baru jam 4.00 pagi. Itu bisa bikin stres dan mengantuk," kata Dr Rima.