Kendati manusia berhasil membatasi pemanasan global jadi dua derajat
Celsius, sebagaimana disarankan oleh Intergovernmental Panel on Climate
Change, generasi masa depan harus berhadapan dengan permukaan air laut
yang 12 sampai 22 meter lebih tinggi daripada saat ini. Beberapa
peneliti yang dipimpin Kenneth Miller, profesor Ilmu Planet dan Bumi di
Rutgers University, mencapai kesimpulan itu setelah mempelajari batu
karang dan inti tanah di Virginia, Eniwetok Atoll di Pasifik serta
Selandia Baru.
Mereka meneliti lempengan zaman Pliocen, 2,7 juta sampai 3,2 juta
tahun lalu, saat terakhir kali tingkat karbon dioksida di atmosfir
berada pada tingkat saat ini, dan temperatur atmosfir dua derajat
Celsius lebih tinggi daripada sekarang.
"Perbedaan dalam volume air yang dikeluarkan sama dengan pencairan
seluruh Lapisan Es di Greenland dan Antartika Barat, serta sebagian
margin kelautan di Lapisan Es Antartika Timur," kata Direktur Program
Division of Earth Sciences di National Science Foundation, Richard Lane
yang mendanai kegiatan tersebut.
"Kenaikan semacam itu pada permukaan samudra jaman moden akan
merendam semua pantai di dunia dan mempengaruhi sebanyak 70 persen
populasi dunia," kata Lane di penelitian yang disiarkan di jurnal
Geology, Senin (19/3).
"Anda harus menjual rumah pantai Anda. Sebab pencarian lapisan es
besar ini akan terjadi dari beberapa abad sampai beberapa ribu tahun,"
kata Kenneth Miller. "Lintasan saat ini bagi kenaikan global permukaan
air laut Abad 21 ialah 0,8 sampai satu meter akibat menghangatnya air
samudra, pencairan sebagian gletser gunung, dan pencarian sebagian
lapisan es Greenland serta Kutub Selatan."
Namun Kennter Miller mengatakan penelitian itu menyoroti kepekaan
lapisan es besar di Bumi terhadap perubahan temperatur, sehingga
menunjukkan bahwa sekalipun sedikit saja peningkatan temperatur bisa
mengakibatkan kenaikan permukaan air laut dalam jumlah besar.(ant/DOR)